● online
Penanganan Hiv Dari Anjuran Dokter Ahli Penyakit Aids Dan Pakar Herbal
Ulasan utama artikel kali ini adalah mengenai Penanganan HIV. Hiv merupakan penyakit menular seksual yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini umumnya diderita pria dan wanita dewasa yang melakukan hubungan seksual beresiko, namun kasus ini terus meningkat pada ibu hamil,menyusui, anak-anak bahkan bayi dalam kandungan dengan ibu penderita hiv.
- Hiv dengan kasus bermula sifilis 31.855. Dengan jumlah ibu hamil 25.675 lebih
- Presentase penyakit hiv tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 24-48 tahun 69%. Diikuti kelompok umur 21-25tahun 16% dan umur 51th 7,5%. lebih
- Presentase faktor resiko penularan hiv tertinggi adalah hubungan sexs beresiko heteroseksual 21%, Homoseksual 20% dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril 1,9% lebih
- Jumlah kasus IMS menurut kelompok resiko tertinggi adalah wanita pekerja seks ( 8.915) Pasangan resiko tingi (6.730) Gay ( 4.226) Pelanggan pekerja seks (1.269) Waria ( 748) Pengguna napza suntik (122) dan pria pekerja seks ( 39)
Penanganan hiv untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini, belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian, terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas HIV dalam tubuh penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
BACA JUGA : Mengobati Hiv Aids Tanpa Resep Obat Arv Dokter
Terapi Antiretroviral (ARV)
ARV LINI PERTAMA UNTUK DEWASA
Pilihan ARV lini pertama untuk dewasa adalah sebagai berikut:
- AZT (Zidovudine) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg + EFV(Efavirenz) 600mg atau NVP (Nevirapine) 150mg
- TDF (Tenofovir) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg + NVP (Nevirapine) 150mg
- TDF (Tenofovir) 300mg + 3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg + EFV (Efavirenz) 600mg:
- Umumnya dalam bentuk KDT (kombinasi dosis tetap)
Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis golongan ARV yang rutin digunakan
- PI (protease inhibitors), menghalangi proses penyatuan dan maturasi HIV
- INSTI (integrase strand transfer inhibitors), mencegah DNA HIV masuk ke dalam nukleus
- NRTI (nucleoside and nucleotide reverse transcriptaser inhibitors) dan NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors): berfungsi sebagai penghambat kinerja enzim reverse transcriptase (enzim yang membantu HIV untuk berkembang dan aktif dalam tubuh pejamu)
Pemberian ARV diinisiasi sedini mungkin sejak penderita terbukti menderita infeksi HIV.
FOLLOW UP TERAPI
Pemantauan rutin dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan sekali. Yang dipantau termasuk dari keluhan yang dirasakan selama penggunaan ARV, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan laboratorium terutama CD4, viral load dan baseline
EFEK SAMPING ARV
Selama 1 bulan awal pemberian ARV, penting untuk dilakukan evaluasi untuk memantau respon tubuh terhadap penanganan hiv, baik efek yang dirasakan secara fisik maupun psikologis. Efek yang sering dirasakan pada awal penggunaan ARV berupa mual, urtika, limbung/kehilangan keseimbangan, lemas, pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat timbul pada masa awal penggunaan ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil dalam darah.
Tanda Keluhan HIV dan AIDS
Periode Pertama:
- Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
- Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
- Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.
Periode Kedua:
- Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
- Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
- Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
- Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
Periode Ketiga:
- Sulit bernapas.
- Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
- Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
- Merasa lelah setiap saat.
- Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.
- Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
- Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
- Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
Penanganan Hiv
Jumlah kasus HIV dilaporkan terus meningkat setiap tahun sementara jumlah Aids relatif stabil. Hal ini menunjukan semakin banyak ODHA yang diketahui statusnya masih dalam kondisi terinfeksi hiv dan belum masuk dalam stadium akhir atau yang sering disebut aids.Penemuan kasus hiv masih perlu ditingkatkan untuk menurunkan kesenjangan yang ada, karena jumlah odha baru yang mendapatkan penanganan hiv meningkat setiap tahunya tetapi masih banyak yang belum memulai penanganan hiv dengan berbagai alasan. Adapun yang menjadi alasan odha tidak melakukan pengobatan adalah :
- Biaya pengobatan yang cukup mahal
- Proses pengobatan yang cukup panjang bahkan bisa seumur hidup
- Merasa terpukul dan sulit menerima kenyataan telah divonis hiv
- Penanganan hiv dengan berbagai efek samping
- Tidak adanya dukungan dari keluarga
- Putus asa karena menganggap bahwa pada akhirnya hiv tidak bisa disembuhkan
- Khawatir dan takut salah satu anggota keluarga,teman,kolega dan yang lain mengetahui bahwa dirinya adalah penderita hiv
Penanganan Hiv
Didalam website resmi World Health Organization menyebutkan HIV bukan termasuk penyakit pembunuh pertama, nanum komplikasi dari hiv lah yang telah menyebabkan jutaan orang secara global terenggut nyawanya. Jadi untuk seseorang yang saat ini sedang menderita hiv jangan berputus asa. Teruslah berdoa dan berikhtiar untuk mendapatkan penanganan hiv yang terbaik. Jika dirasa obat ARV mahal mulailah dengan mencari info untuk mendapatkan ARV gratis dari pemerintah. Jika dirasa tidak kuat dengan efek samping dari ARV.
Maka Anda Bisa Mencoba Obat Alternatif Herbal Seperti
- Sambiloto
- Buah merah
- Teh hijau
- Bunga Gerenium
- Spirulina atau ganggang hijau
- Bawang putih
- Habattussauda .Biji jinten hitam (Nigella sativa Lor) secara empirik sudah dipakai sebagai bahan jamu untuk pengobatan herbal mampu mengobati berbagai kelainan antara lain sebagai imunomodulator, antivirus, antidiabetes mellitus, antikanker, antiasma dan antiepilepsi. Kandungan Timokuinon, nigelon dan asam lemak tak jenuh dalam biji jinten hitam merupakan kandungan yang diduga bersifat antioksidatif, kemopreventif dan imunomodulator.Berdasarkan hasil penelitian baru-baru ini, ekstrak heksan biji jinten hitam (EHBJH) potensial untuk dikembangkan sebagai agen kemopreventif antikarsinogenesis melalui mekanisme antioksidan sitoprotektif dan imunomodulator. Pasalnya efek ekstrak heksan biji jinten hitam dapat meningkatkan limfosit CD4, CD8, kadar IFNgamma dan hematoprotektor sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai imunomodulator pada penderita imunodefisiensi misalnya pada pasien terinfeksi HIV-AIDS yang mengalami penurunan jumlah sel CD4.
Untuk mendapatkan semua bahan herbal tersebut sangatlah mudah mengingat negara kita Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan terkenal dengan suhu yang tropis sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh dengan subur. Pertanyaanya adalah mau tidaknya pasien bersusah payah mencari, mengolah dan meminumya secara rutin.
Nah jika pasien merupakan orang yang super sibuk, pasien termasuk orang yang tidak suka dengan bau jamu, tidak punya asisten khusus untuk mengolah dan menyediakan ramuan tersebut, tidak mengerti takaran yang pas sehingga bisa menjadi obat maka pasien tidak perlu bingung karena sekarang sudah tersedia Produk Herbal Penanganan hiv siap minum dari resep obat racikan pilihan pakar herbal PT De Nature Indonesia. Sekian dan sampai bertemu pada kesempatan pembahasan lainnya, semoga bermanfaat. Terimakasih ..
Saat ini belum tersedia komentar.